Cerita Hikmah Al Baqarah "Sapi Betina"
Dikutip dari
Gomuslim.com, riwayat dari ‘Ubaidah as-Salmany, Ibn Katsir dalam Kitab
Tafsirnya (I:443) yang menuturkan bahwa
di kalangan Bani Israil adalah seorang laki-laki kaya raya yang tidak punya
anak. Satu-satunya ahli warisnya adalah anak saudaranya. Barangkali tidak sabar
menunggu untuk mendapatkan warisan, maka sang kemenakan membunuh pamannya.
Kemudian malam-malam dia mengangkat dan meletakkan jenazah pamannya itu di
depan rumah seseorang dari Bani Israil. Besoknya sebagian masyarakat menuduh yang
punya rumahlah sebagai pembunuhnya. Yang lain menolaknya, sehingga terjadilah
perdebatan dan pertengkaran. Seseorang mengusulkan agar mendatangi utusan Allah
Musa dan menanyakan kepadanya siapa yang membunuh lelaki tersebut.
Mereka
menyatakan: “Wahai Musa, engkau Nabi Allah, maka tanyakanlah kepada Allah siapa
yang membunuh lelaki itu”. Lalu Nabi Musa memohon kepada Allah SWT. Allah SWT
kemudian menyuruh mereka menyembelih seokor sapi betina. Allah SWT berfirman:
“Dan
(ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Sesungguhnya Allah menyuruh
kamu menyembelih seekor sapi betina.” Mereka berkata: “Apakah kamu hendak
menjadikan kami buah ejekan?” Musa menjawab: “Aku berlindung kepada Allah agar
tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil”. (QS. Al-Baqarah :67)
Mendapatkan
perintah untuk menyembelih sapi betina, mereka langsung memberikan reaksi
negatif. Mereka menuduh Musa mempermainkan atau mengolok-olok mereka.
Barangkali dalam pikiran mereka, apa hubungannya mencari sang pembunuh dengan
menyembelih seekor sapi betina. Sekalipun sudah banyak peristiwa hebat-hebat
dan luar biasa mereka lalui bersama Musa, tetap saja Bani Israil itu belum
mempercayai Musa sepenuhnya.
Menerima
tuduhan mengolok-olok, Musa berlindung kepada Allah agar tidak menjadi orang
jahil. Karena orang jahil lah yang suka mengolok-olok orang lain. Musa berkata:
“Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang
yang jahil”.
Dipilihnya
sapi untuk disembelih bisa jadi adalam sebagai upaya mengikis habis kepercayaan
kaum Samiry, yang menjadikan sapi sebagai sesembahan.
Sebenarnya
dengan mudah mereka bisa mencari seekor sapi mana saja, lalu menyembelihnya
sesuai perintah Allah yang disampaikan oleh Musa. Tetapi mereka malah bertanya
lagi tentang sifat sapi yang akan disembelih itu. Allah SWT berfirman:
“Mereka
menjawab: “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia menerangkan kepada
kami; sapi betina apakah itu.” Musa menjawab: “Sesungguhnya Allah berfirman
bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda;
pertengahan antara itu; Maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu”. (QS.
Al-Baqarah :68)
Perhatikan
kembali kalimat yang mereka gunakan: “mohonkanlah kepada Tuhanmu…” seolah-olah
Allah SWT itu hanya Tuhannya Nabi Musa semata, bukan Tuhan mereka juga.
Penggunaan kalimat kamu, bukan kita atau Tuhan saja menunjukkan masih
berjaraknya hati mereka dengan Tuhan.
Setelah
dijelaskan sapi yang akan disembelih adalah sapi yang tidak tua dan tidak muda,
apakah mereka langsung mencarinya? Ternyata tidak. Mereka malah tanya lagi
warnanya apa. Allah SWT berfirman:
“Mereka
berkata: “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada
kami apa warnanya”. Musa menjawab: “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi
betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi
menyenangkan orang-orang yang memandangnya.” (QS. Al-Baqarah :69)
Dengan terus
bertanya, tugas mereka menjadi semakin berat. Tetapi mereka tidak menyadari
itu, sehingga terus bertanya lagi, sapi kuning yang bagaimana yang harus mereka
sembelih? Allah SWT berfirman:
“Mereka
berkata: “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada
kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu (masih)
samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk
memperoleh sapi itu).” (QS. Al-Baqarah :70)
Mereka tidak
segera menjalankan perintah, tapi malah bertanya terus. Sebenarnya sudah cukup
jelas sifat sapi yang harus mereka cari. Yaitu sapi betina yang tidak tua dan
tidak muda, berwana kuning menyenangkan. Cukup jelas sebenarnya, tapi dasar
mereka tidak punya sikap patuh dan percaya sepenuhnya kepada Musa, mereka tanya
terus. Akhirnya ditambahkan satu sifat
lagi dari sapi betina yang harus mereka cari dan sembelih. Allah SWT berfirman:
“Musa
berkata: “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina
yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi
tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya.” Mereka berkata: “Sekarang
barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya”. Kemudian mereka
menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu.” (QS.
Al-Baqarah :71)
Karena
banyaknya pertanyaan yang tidak perlu, tugas yang tadinya sederhana dan mudah
dilaksanakan berubah jadi sulit. Semakin banyak mereka bertanya semakin berat
tugasnya. Alquran menyatakan, betapa sulitnya mencari sapi betina yang sesuai
dengan sifat yang disebutkan Allah SWT. Hampir-hampir mereka tidak dapat
melaksanakan perintah itu.
Pelajaran
penting bagi kita sekarang ini untuk tidak meniru sifat buruk Bani Israil ini.
Bertanya karena tidak tahu boleh saja. Bertanya untuk minta penjelasan lebih
lanjut terhadap hal yang samar-samar tentu juga tidak dilarang. Tetapi
mempertanyakan sesuatu yang sudah jelas, seperti pertanyaan Bani Israil tentang
sapi betina itu tentu akan mempersulit diri sendiri.
Setelah
menceritakan tentang perintah menyembelih seekor lembu betina yang disampaikan
oleh Musa kepada Bani Israil, dan bagaimana Bani Israil banyak tanya tentang
sifat sapi yang disembelih itu, barulah Allah SWT menyebutkan latar belakang
kenapa perintah itu diberikan. Yaitu untuk mengungkap kasus pembunuhan yang
terjadi pada waktu itu. Allah SWT berfirman:
“Dan
(ingatlah), ketika kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh menuduh
tentang itu. dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu
sembunyikan.” (QS. Al-Baqarah :72)
Kembali
kepada Bani Israil, setelah lembu itu ditemukan dan disembelih, lalu dipotong
ekornya, kemudian dipukulkan kepada jasad korban pembunuhan itu. Lelaki yang
sudah meninggal itu tiba-tiba bangun dan mengatakan bahwa yang membunuhnya
adalah anak saudaranya sendiri. Lalu dia kembali meninggal. Allah SWT
berfirman:
“Lalu Kami
berfirman: “Pukullah mayat itu dengan sebahagian anggota sapi betina itu !”
Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dam
memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasaanNya agar kamu mengerti.” (QS.
Al-Baqarah :73)
Demikianlah
Allah SWT memperlihatkan kekuasaannya menghidupkan orang mati. Ayat ini menjadi
salah satu bukti di samping bukti-bukti lain bahwa Allah SWT akan menghidupkan
kembali seluruh umat manusia di Akhirat nanti.
Berikut surah al baqarah dan terjemahan audio :
https://www.youtube.com/watch?v=ciem18ROFGA
0 Response to "Cerita Hikmah Al Baqarah "Sapi Betina" "
Post a Comment